Keutamaan berlemah lembut
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَيَكُوْنُ فِيْ شَيْئٍ إِلَّا زَانَهُ وَمَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْئٍ إِلَّا شَانَهُ
“Tidaklah kelemahlembutan ada pada sesuatu kecuali akan menghiasainya
dan tidaklah dicabut darinya melainkan akan memperjeleknya ” (HR.
Bukhari 2594 dair ‘Aisyah radhiallahu’anha)
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
مَنْ يُحْرَمُ الرِّفْقَ يُحْرَمُ الخَيْر
“Siapa saja yang dihalangi dari kelemahlembutan maka dihalangi pula dari
kebaikan” (HR. Muslim 2542 dari Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhu)
Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
إِنَّهُ مَنْ أُعْطِيَ حَظُّهُ مِنَ الرِّفْقِ فَقَدْ أُعْطِيَ حَظُّهُ مِنْ خَيْرِالدُّنْيَاوَالأَخِرَة
“Sungguh orang yang telah diberi bagian kelembutan berarti ia telah
diberi bagian kebikan dunia dan akhirat” (HR. Ahmad 6/159 dari ‘Aisyah
radhiallahu’anha)
Dan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِمُ الرِّفْقَ
“Jika Allah menginginkan kebaikan bagi sebuah anggota keluarga maka Dia
akan memasukkan kelembutan kepada mereka” (HR. Ahmad 6/71, 6/104-105,
hadits shahih)
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan.” (HR. Muslim 2593 dari ‘Aisyah secara marfu’)
Nasehat lebih baik daripada memukul
Selama dalam perbaikan tidak memerlukan pemukulan maka janganlah
memukul. Karena Nabi shallallahu’alaihi wasallam sendiri bila harus
memilih antara dua pilihan maka beliau memilih yang paling mudah selama
bukan dosa. (HR. Bukhari 3560 dan Muslim 2327 dari ‘Aisyah secara
marfu’)
Telah diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya sama sekali, tidak kepada
istri beliau ataupun pembantu beliau. Beliau hanya memukul ketika
berperang dijalan Allah. (HR. Muslim 2328)
Maka kita sebaiknya menggunakan kata-kata nasehat jika ingin memperbaiki
perilaku anak atau dengan menggunakan dorongan dan motivasi.
Bila kata-kata yang baik tidak berpengaruh maka kita gunakan kata-kata
yang berisi teguran dan ancaman sesuai dengan kesalahan anak. Bila juga
tidak bermanfaat maka saatnya memukul. Untuk itu kondisi tabiat anak
berbeda-beda.
Diantara mereka ada yang cukup dengan isyarat mata untuk menghukum dan
menegurnya. Isyarat mata ini memberikan pengaruh yang kuat pada dirinya
dan menjadi sebab berhenti dari kesalahan yang ia lakukan.
Diantara mereka ada yang jika Anda membuang muka darinya maka dia segera paham maksud Anda dan berhenti dari kesalahannya.
Diantara mereka ada yang berubah dengan kata-kata baik. Maka gunakan kata-kata yang baik untuk anak yang seperti ini.
Dan diantara mereka tidaka ada yang membuatnya sadar kecuali harus
dengan pukulan dan perlakukan keras. Maka untuk anak tipe seperti inilah
kita lakukan pemukulan dan berlaku keras. Akan tetapi sesuai dengan
kebutuhan saja serta tidak menjadikannya kebiasaan. Seperti halnya
seorang dokter yang memberi suntikan kepada pasiennya walaupun suntikan
itu menyakitkan akan tetapi suntikan itu sebatas kadar penyakitnya saja.
Orangtua diperblehkan bersikap keras kepada anak bila anak malas beribadah
Adapun dalil-dalil lainnya yang menunjukkan bolehnya memukul anak bila
diperlukan karena anak tidak taat dalam hal yang ma’ruf atau karena
mengabaikan perintah kebaikan atau berbuat maksiat, dzalim secara terus
menerus diantaranya adalah
• Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala,
وَاللهُ لَايُحِبُّ الفَسَادَ
“Dan Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS. AL-Baqarah: 205)
• Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala,
فَلَوْلَا كَانَ مِنَ القُرُوْنِ مِنْ
قَبْلِكُمْ أُولُوا بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الفَسَادِ فِى الأَرْضِ
إِلَّا قَلِيْلاً مِمّنْ أنْجَيْنَا مِنْهُم
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat sebelum kamu orang-orang yang
mempunyai keutamaan melarang dari mengerjakan kerusakan di bumi. Kecuai
sebagian kecil diantara orang-orang yang telah Kami selamatkan diantara
mereka.” (QS. Hud: 16)
Bila kerusakan dan kedzaliman yang timbul dari ulah si anak tidak dapat
hilang kecuali dengan pemukulan maka saat itu juga dia harus dupukul.
• Sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam, “Perintahkanlah anakmu shalat
pada usia tujuh tahun dan pukullah dia karena (meninggalkan)nya pada
usia 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka.”(HR. Abu Daud no 495
dengan sanad hasan)
• Sikap tegas Abdullah bin Umar kepada anaknya Bilal bin Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma
Dari abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma berkata, Aku mendengar
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, ‘Jangan kamu cegah
istrimu kemasjid jika mereka izin kepadamu keluar menuju kesana.’”
Kemudian Bilal bin Abdullah bin Umar berkata, “Demi Allah aku akan mencegah mereka.”
Ibnu Umar menoleh kepadanya lalu mencela dengan celaan yang belum pernah
aku (perowi) dengar sebelumnya dan berkata, “Aku kabarkan kepadamu
hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan kamu katakan,’Demi
Allah aku akan cegah!.’”
• Tatkala melihat kecerdasan dan keunggulan Ikrimah yang saat itu masih
kecil sehingga senang bermain dan lari-lari maka Ibnu Abbas mengikatnya
dengan tali agar mau memperlajari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Ikrimah berkata, “Ibnu Abbas pernah merantai kakiku ketika sedang
mengajariku Al Qur’an dan Sunnah.” Dalam riwayat lain, “Ketika sedang
mengajariku AlQur’an dan ilmu waris.”
Lantas bagaimana kondisi Ikrimah setelah mendapat hukuman itu? Dia
menjadi salah seorang ulama besar ahli hadits yang banyak meriwayatkan
hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dari Ibnu Abbas dan
menjadi ahli tafsir yang handal.
• Begitujuga sikap tegas Abu Bakar Ash Shidiq kepada ‘Aisyah
radhiallahu’anhuma. Abu Bakar memukul putrinya karena menyebabkan
pasukan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tertunda keberangkatannya
dan karenanya sahabat lain mengeluh. Dan kisah lainnya sangatlah banyak
sekali untuk disebutkan.
Larangan memukul wajah
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Jika salah seorang diantara kalian memukul saudaranya maka hendaknya
dia menghindari memukul wajah.” (HR. Muslim 2616 dari Abu Hurairah
radhiallahu’anhu secara marfu’).
***
Diringkas dari buku “Bagaimana Nabi shallallahu’alaihi wasallam Mendidik
Anak” (Terjemahan dari kitab Tarbiyatul Aulad), Syaikh Musthafa Al
Adawi, Media Hidayah.
Muslimahzone.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar