MEDAN-Sebagian besar orangtua sebenarnya tak menginginkan
anak-anaknya dihukum, apalagi oleh ‘tangannya’ sendiri. Saat anak
terlihat sedih, kecewa, menangis saat dihukum, sungguh hati orangtua pun
merasakan perasaan yang sama seperti anak. Tapi dengan alasan demi
kepentingan anak itu sendiri kadang menghukum anak memang tak bisa
dihindari.
Saat mengajarkan pelajaran sekolah misalnya. Orangtua sering
terbawa emosi. Dengan mengatakan si anak bodoh, tolol, hingga menghukum
si anak dengan fisik. Padahal itu salah sangat tidak mendidik.
Menurut Pakar Multiple Intelegence dan Holistic Learning, Ayah Edy,
dalam acara seminar mendidik anak yang diselenggarakan Smart FM di
Uniland Plaza baru –baru ini, anak memiliki perasaan yang sangat peka,
dan memori yang cukup tajam. Sehingga perkataan dan perbuatan tersebut,
bisa tertanam di otak anak. “Kalau sudah tertanam seperti itu, maka anak
akan melakukan sesuai dengan perintah otak,” ujar Ayah Edy dalam
seminar 1000 guru, mengajar dengan cinta.
Karena itu, saat mengajari anak, harus menanamkan hal yang baik pada
diri sendiri dan juga anak. “Dari orangtua harus ditanamkan, bahwa anak
adalah makhluk yang pintar, bijak, dan banyak akal. Sehingga saat anak
salahpun kita dapat tersenyum,” lanjutnya.
Salah satu kesalahan dalam mengajari anak adalah kita tidak
mengetahui karakter dan permasalahan anak. Dengan masalah sebagai
orangtua juga menumpuk. “Cukup mudah, saat berhadapan dengan anak,
posisikan diri sebagai anak, bukan orangtua. Bersahabat dengan anak akan
memberikan dampak yang baik untuk anak,” lanjutnya.
Untuk menjadi si anak, cukup mudah diterapkan. Pertama cukup dengan
tersenyum tulus. “Bila sulit bersandiwara dengan senyum. Senyum dengan
bibir lebar minimal 7 detik. Itu akan membuat kita menjadi terkesan
tulus,” ungkapnya.
Yang kedua, ubah cara berfikir. Bahwa anak yang terlahir didunia,
tidak ada yang gagal. Hanya bagaimana cara kita mendidik, sehingga
menjadikan anak lebih kreatif dan sanggup menghadapi tantangan.
Dan yang terakhir, jadilah seperti anak. Bermain, berfikiran bebas,
tidak memiliki beban, dan berperasaan peka. “Jadi, jangan pernah
menghukum anak dengan menyetrap, memukul, atau menjewer. Apalagi
mengeluarkan kata-kata kasar, seperti bodoh, jahat, dan lainnya. Ini
sama saja kita menanamkan sifat jelek pada anak,” lanjutnya.
Ayah Edy menjelaskan, selama ini banyak kasus yang ditemukannya
dimana orangtua mengharapkan lebih pada anak. Yang akhirnya membuat si
anak tertekan. “Pintarnya anak bagaimana kita mendidiknya, dan tentu
saja bawaan lahir si anak. Jadi, jangan paksakan anak. Biarkan anak
berkembang sesuai dengan permintaannya,” tambahnya. (ram)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar